Three Little Words.
Kokonoi tertawa kencang kala melihat Seishu benar-benar datang ditemani gandengan di lengan dengan pakaian putih bersih dengan ukuran mini, hanya menyentuh sampai pahanya—cocok dengan tema resepsinya serta ikat pinggang berwarna hitam melingkari pinggang ramping miliknya. Tungkai panjang itu tidak tertutup helaian kain satu pun, dan sepasang kakinya dibalut dengan sepatu kets berwarna senada dengan pakaiannya.
“Seishu pernah salah dress code waktu di nikahan Bang Omi, harusnya semi-formal, dia malah pakai baju beginian.” ujar Koko sembari menunjuk Seishu yang memutar kedua bola matanya malas.
“Widih, cakep juga ya ini pengantin perempuannya.” ujar Seishu segera merubah topik dengan memuji si mempelai wanita yang baru saja datang dari tempat ganti untuk merapikan riasan wajahnya.
Koko dan Yuzuha memang melangsungkan pesta resepsi mereka hanya dengan kawan-kawan mereka yang mereka rasa cukup dekat dengan keduanya. Tidak terlalu ingin dilihat banyak orang, kalau kata mereka berdua; jika tadi pagi pestanya penuh dengan rekan kerja dan rekan kedua orang tua mereka, maka sore ini mereka akan menghabiskan waktu dengan orang-orang yang dikenal akrab. Resepsi mereka memiliki tema musim panas dan diadakan di taman belakang kawasan milik keluarga Kokonoi yang sangat besar. Maklum saja, Koko ini adalah anak semata wayang pemilik saluran TV nomor satu di negara ini.
“Gue kira lo gak akan dateng?”
Itu adalah komentar Yuzuha setelah berbincang—berbisik-bisik dengan Seishu selama satu menit.
“Asal lo tau, Hakkai sama sekali gak inget kalau lo nitipin undangan buat gue,” jawab Taka dengan mata yang mencari sosok Hakkai yang di maksud. “kalau gue gak bilang ke dia gue mau nemenin Seishu, kayaknya gue bakalan dateng kesini tanpa tau kalau yang punya acara tuh elu.”
Yuzuha menepuk keningnya sendiri. Ia tahu kalau si bungsu tipe orang yang pelupa dan ceroboh, tapi ia tidak tahu kalau levelnya sudah menyebalkan seperti ini.
“Lho, kalian kenal?” tanya Koko merasa aneh dengan interaksi akrab antara pasangannya dan kawan barunya yang juga memakai pakaian senada dengan milik Seishu.
Seishu tersenyum lebar. “Mereka mantanan.” jawab laki-laki itu santai, raut wajah Seishu terlihat sangat bahagia.
“Kamu inget, 'kan ceritaku yang aku ketemu anak ilang di Inggris terus sekarang anaknya super sibuk itu? Nah, ini orangnya.”
Koko mengangguk kecil pertanda mengingat detil cerita Yuzuha beberapa waktu silam dan menggeleng tidak percaya; dunia ini sempit sekali, pikirnya.
“Gue sama Taka kayaknya terlalu lama disini deh, kita cari yang lain dulu ya. Selamat menerima tamu lain, pasangan orang penting.” pamit Seishu menarik Taka menjauhi kedua mempelai yang terus mengulas senyum bahagia. Keduanya merasa lega karena selain ini adalah hari pernikahan mereka, teman mereka berdua juga (Taka dan Seishu) pada akhirnya mendapatkan kebahagiaannya masing-masing.
Taka dan Seishu sempat bertemu dengan Rindou dan Ran setelah pamit dari Koko. Ran tidak berhenti mengomel pada Taka dan berkata kalau ia masih tidak terima dengan fakta Seishu adalah kekasih si perancang busana. Rindou tidak habis pikir dengan tingkah laku kakak laki-lakinya; mengomeli Taka di depan pacarnya atau bisa di sebut mantan gebetannya.
Pada akhirnya si bungsu dari keluarga pemilik salah satu permainan online itu pamit dari hadapan Taka dan Seishu. Tentu saja menarik si sulung dengan paksa karena ia sedikit sebal dan takut membuat Seishu tidak nyaman atas tingkah lakunya.
Setelah itu mereka bertemu dengan Kazu dan Baji di dekat air mancur. Katanya, mereka sedang menunggu si pasangan wangi minyak telon alias Chifuyu dan Michi, jadi Seishu juga memutuskan untuk menunggu pasangan gemas itu bersama kedua temannya yang sepertinya hubungan mereka masih sama saja seperti biasanya.
“Kenapa lo gak mau bikin yang beginian buat gue?” tanya Kazu pada Taka dengan menunjuk pakaian Seishu yang sejak kemarin ia puja-puja karena walau simpel, pakaian miliknya ini terlihat elegan.
“Ini khusus buat cowok gue. Coba lo minta sama cowok lo yang satu ini.” balas Taka sombong. Mentang-mentang statusnya sudah naik menjadi pacar betulan dua hari yang lalu.
Kazu memutar mata cantiknya dengan malas walau pipi laki-laki yang hampir menyentuh tiga puluh itu mengeluarkan semburat merah.
“Dia bukan cowok gue.”
“Parah lu, Ji.”
“Gue bakalan ajak Kazu nikah lu stop mengompori anjing gue dari semalem diambekin sama ini bocah dan hari ini anaknya baru oke dan lu mau merusak momen bahagia gue?” cerocos Baji tidak dengan titik dan koma.
Taka dan Seishu tertawa, melihat ekspresi Kazu saat ini adalah pemandangan paling jarang mereka temui. Mereka jarang sekali melihat sosok Kazutora tersipu malu seperti saat ini.
“Mending lo diem, brengsek.” komentar Kazu pada Baji di sampingnya. Si gondrong hanya mengangguk pasrah karena tidak mau membuat mood si harimau semakin buruk.
Seishu melambaikan tangan kanannya dengan semangat ketika ia melihat Chifuyu dan Michi yang baru sampai karena tadi mereka memberi kabar kalau keduanya ada sedikit urusan lain jadi akan telat datang.
“Kakak-kakak!” seru Michi semangat. Kedua matanya berbinar ketika melihat Seishu dengan pakaian yang ternyata memang cocok sekali dipakai olehnya. “Udah ketemu Kak Koko?”
Seishu mengangguk. “Udah, dong. Kalian bisa langsung samperin aja, kayaknya gak ada banyak yang ngobrol sama mereka,” ujar Seishu melihat ke arah mempelai yang sibuk berbincang dengan salah satu artis ternama.
Michi mengangguk, “Kak Kazu udah juga?” tanya Michi merubah pandangannya pada Kazu yang tidak berbicara satu kata pun sejak kedatangannya.
“Belum, gue baru dateng juga dan nungguin lo berdua. Ayo kita samperin mereka kalau gitu.” ujar Kazu seraya menarik lengan Baji tanpa sadar dan tersenyum lebar pada Seishu dan Taka. “Gue sama anak-anak kesana dulu ya, Pi, Mit.”
Keduanya mengangguk, memperhatikan punggung keempatnya dengan seksama. Seishu segera memalingkan wajah dan merubah fokusnya pada Taka yang berada disamping Seishu.
“Kesana, yuk,” Seishu mengulas senyum tipis ke arah Taka seraya menunjuk tempat yang tidak terlalu ramai. “di sana ada gazebo.”
Taka mengangguk seraya meraih tangan Seishu dan menautkan jemari mereka dengan erat. Nyaman kembali menyapa mereka dengan akrab. Seishu menarik Taka untuk berlari menuju gazebo yang posisinya sudah ia tahu di luar kepala.
Seishu sering sekali bermain ke tempat ini sejak berada di sekolah dasar. Seishu kecil tidak pernah menyangka akan selalu berteman dengan Koko sampai usianya hampir menyentuh kepala tiga. Seishu juga tidak pernah menyangka kalau taman tempat mereka berdua bermain ini akan menjadi tempat dimana Koko melangsungkan salah satu prosesi pernikahannya.
warning there’ll be a kiss in this part. if you’re still a minor you can scroll down and skip this part. i will write in in full italic.
“Ini dia!” seru Seishu semangat. Irisnya berbinar kala bertemu dengan gazebo berwarna cokelat tua yang masih terlihat sangat kokoh. Di sana masih tersedia kursi lipat dan bantal yang banyak dan juga tulisan seperti ceker ayam yang Seishu dan Koko tulis masih ada di temboknya.
Koko, Nupi, sahabat, selamanya.
Seishu terkekeh dengan tulisan Koko yang sangat jelek itu. Dan ia juga tidak habis pikir dengan penggunaan tanda koma yang Koko tulis.
Lavender milik Taka juga ikut sibuk memperhatikan jejak-jejak yang ditinggalkan Seishu kecil di tempat ini. Seishu benar-benar sering sekali berkunjung ke tempat ini.
Seishu adalah orang pertama yang duduk di salah satu kursi dengan sepatu yang sengaja ia lepas karena ia ingat kalau dirinya dan Koko membuat satu peraturan untuk membuka alas kaki agar keduanya tidak perlu repot untuk membersihkan tempat peristirahatan mereka.
Taka mengikuti jejak Seishu, ia mengambil posisi di samping Seishu dan meluruskan kedua tungkainya yang cukup pegal karena terus menerus berdiri sejak pagi.
Seishu menyandarkan kepalanya pada bahu kanan Taka dan juga meluruskan tungkainya sama seperti Taka. Kedua tangannya kini meraih tangan kanan Taka yang berada di pahanya sendiri. Ia menyelimuti tangan kanan milik Taka dengan kedua telapak tangannya.
Seishu terkikik pelan ketika Taka menatapnya dengan geli saat Seishu meniup tangan mereka berdua dengan pelan. Kadang, tingkah laku Seishu itu seperti anak kecil. Seishu itu ajaib, tingkahnya seperti karakter negeri dongeng.
Seishu menarik tangan milik Taka agar lebih dekat dengan wajahnya. Ia tersenyum kecil ketika punggung tangan itu sudah berada di depan netranya. Seishu bergerak maju, memberikan kecupan di buku-buku tangan milik Taka dengan hangat, membuat si empunya sedikit terkejut dengan aksi kekasihnya.
Taka mengusap pipi Seishu dengan tangan yang baru saja diberikan kecupan beberapa sekon yang lalu. Ia memberi yang tersayang usapan pelan dan hangat. Sepasang telinga milik Seishu sudah memerah, kontras dengan warna kulit miliknya.