Tentang Mereka.
Bagian dari Three Little Words.
“Selamat malam, Kak Seishu!”
“Selamat malam juga, habis ini langsung istirahat, ya!”
Setelah salah satu part timer kedai kopinya pergi, Seishu menyandarkan tubuhnya di pintu masuk yang sudah ia kunci.
Seishu menjadi orang yang terakhir pulang walaupun hari ini bukan jadwalnya karena Michi dan Chifuyu sudah ada janji dengan keluarga Tachibana, merayakan sidang si bungsu; Kazu—yang bertugas—bilang dia ada urusan sedikit dengan Mamanya yang membuat Seishu sedikit khawatir karena ia tahu kalau akhir-akhir ini Kazu tengah bertengkar dengan sang Ibunda.
“Atas nama Kak Seishu, ya?”
Seishu kaget bukan main ketika di depannya sudah ada Taka dengan baju santai yang terlihat berbeda dari Taka tadi siang ketika mengantar makanan. Malam ini laki-laki dengan surai silver-lilac itu hanya mengenakan kaus putih dan celana kain longgar berwarna krem.
Pada akhirnya Seishu tertawa renyah menanggapi ucapan Taka yang sebetulnya tidak lucu-lucu amat. Ia mulai melangkahkan kaki menghampiri Taka yang tidak terlalu jauh dari kedai kopinya.
“Katanya kamu gak ada shift hari ini?” tanya Taka ketika sadar kalau Seishu hanya sendirian malam ini.
Seishu merapatkan jaketnya dengan erat, malam ini cukup dingin. “Aku gantiin Kazu hari ini soalnya dia ada janji mau ketemu Mamanya tadi sekitar jam tujuh,” jawab Seishu seraya melirik ke arah Taka. “kamu gak dingin cuma pakai kaos tipis kayak gini?”
“Aku anti dingin.”
Seishu berdecak, satu tangan miliknya menarik lengan Taka dengan cepat. “Bohong banget, ayo kita ngobrol di dalam mobil aja.”
Taka tertawa dan menurut, membukakan pintu mobilnya untuk Seishu dan segera menyusul beberapa sekon kemudian.
“Tadi pagi Kazu bilang dia mau dinner di rumahku, tapi dia gak dateng-dateng,” ujar Taka membuka percakapan mereka berdua. “ternyata dia ketemu Mama, ya.”
Seishu mengangguk pelan, ia juga tadi dengar dari Kazu kalau malam ini ia akan mampir ke rumah Taka untuk menagih makan malamnya.
“Di rumah kamu ada banyak orang?”
Taka mulai melajukan mobilnya seraya menoleh ke arah Seishu sekilas. “Gak bisa di bilang banyak sih, cuma ada tujuh orang termasuk aku, Luna dan Mana. Delapan kalau sama Kazu,” ujar Taka terkekeh pelan ketika mengingat dia berkata hari ini ia mengadakan open house.
“Kamu mau mampir ke rumah? Sekalian kenalan sama temen-temenku yang lain.” tawar Taka tiba-tiba.
“Boleh?”
“Boleh, Seishu.”
Taka tersenyum, senyuman laki-laki itu seperti rembulan. Sangat terang.
“Oh? Kazu udah dateng kesini,” ujar Taka ketika dirinya dan Seishu sudah berada di pintu masuk apartemen miliknya. “takut?”
Seishu menggelengkan kepalanya pelan. “Gak takut, cuma deg-degan doang.” balas laki-laki itu dengan pelan.
Taka terkekeh, tangan kanan miliknya dengan sengaja ia ulurkan ke hadapan Seishu. Meminta Seishu untuk menggenggam jemarinya.
“Gak usah takut, ada Draken, Baji sama Kazu juga, kok. Sini pegang aja tanganku biar deg-degannya berkurang sedikit.”
Seishu menatap telapak tangan Taka dengan ragu dua detik dan meraihnya dengan cepat. Oh, telapak tangan Taka terasa hangat walaupun sejak tadi ia tidak memakai pakaian hangat satu pun.
Taka tersenyum, merapatkan tautan jemari mereka berdua agar tidak dengan mudah terlepas. Ia tahu sebentar lagi kawan-kawannya akan ribut dan ia tidak ingin melihat Seishu panik karena tingkah laku aneh mereka.
“Lo semua bisa gak sih nggak berantakin rumah gue kalau mampir?”
Di dalam sana, ada lima kepala yang terkejut dengan suara Taka; ada Mikey dengan manisan di tangannya, Draken yang duduk menghadap televisi, Kazu yang terbaring di sofa besar dengan wajah lelah, Pachin yang entah tengah meributkan apa dengan Baji di dekat Draken.
“Eh, ada Inupi!”
Yang pertama sadar adalah Draken, dengan cepat ia menyapa Seishu dan menatap ke arah tangan mereka berdua.
“OH INI YANG NAMANYA INUPI!” seru Pah tiba-tiba melupakan perseteruannya dengan Baji beberapa detik yang lalu. “Aduh cakep bener tangannya gue jadi rindu cewek gue.”
“Lo semua jangan membuat cowok gue shock,” ujar Taka kemudian menarik Seishu ke arah sofa yang tidak ada penghuninya. “Kamu duduk disini ya, aku kenalin ke mereka semua.”
Seishu mengangguk patuh, ia sedikit canggung karena laki-laki yang sedikit berisi dan laki-laki kecil bersurai hitam itu tidak mengalihkan pandangannya pada dirinya.
“Kamu udah kenal Baji, kan? Kalau belum kenal banget sih aku jelasin aja dia rumahnya paling deket sama rumahku, punya Pet Shop di deket SMA J,” terang Taka sembari menunjuk Baji. “kalau yang lagi liatin kamu dan agak berisi itu namanya Haruki, atau biasa dipanggil Pachin. Dia penerus perusahaan penerbit nomor satu di negara kita. Kalau yang lagi nyemilin manisan, namanya Manjiro, kamu boleh panggil dia pakai Mikey aja. Dia guru Bahasa Inggris dan kadang dia ngelatih pencak silat juga barengan sama Ken.”
Seishu mengangguk kecil, iris gelapnya memperhatikan wajah-wajah baru dengan satu senyuman tipis terpatri di wajah cantiknya.
“Buset ini mah si Mimit enak banget punya pacar cakep.” celetuk Mikey si guru SMP yang duduk di lantai dengan mata yang berbinar. “Kok mau sama Mitsuya?”
“Ya jelas mau soalnya gue cakep dan baik hati,” sahut Taka menatap Mikey dengan tatapan memicing. “lo semua udah pada makan belum?”
“Ya belum orang kokinya pergi menjemput kekasih.” jawab Pachin seraya bergabung dengan Draken dan Mikey di lantai.
Taka segera berdiri dan mengusap surai Seishu dengan lembut. “Gue ke dapur dulu kalau gitu, jagain cowok gue. Jangan ditanya aneh-aneh.” ujar Taka lalu pergi menuju dapur yang sebetulnya tidak jauh, masih terlihat dari ruang menonton.
“Lebay banget,” ujar Kazu lalu menghampiri Seishu dan memeluknya dengan erat. “kangen Sei, huhuhu maaf ya gue hari ini malah bikin lo pulang malem dan lo malah berakhir bersama para setan ini.” lanjut laki-laki itu seraya mengendus wangi parfum Seishu yang menurutnya sangat wangi.
“Lo kenapa gak mau dipeluk gue tapi malah memeluk Inupi!?” pekik Baji tidak terima dari sofa yang Kazu tempat satu menit sebelum menghampiri Seishu.
“Inupi udah seperti emak gue dan gue akan selalu memeluk Inupi setiap gue ketemu dia. Inupi milik gue.” ujar Kazu dengan sengaja mengeraskan suaranya di bagian Inupi milik gue agar si tuan rumah mendengarnya.
“ENAK AJA SEISHU PUNYA GUE?!”
“LU ORANG BARU GAK USAH MEREBUT INUPI SEPENUHNYA DARI GUE.”
Seishu tertawa dan mengusap punggung Kazu dengan pelan. Ia tahu kalau malam ini Kazu tidak memiliki mood yang bagus.
“Gimana tadi ketemu Mama?” tanya Seishu memperhatikan ekspresi yang Kazu perlihatkan padanya. “Kalau lo masih belum mau cerita gak apa-apa, masih ada lain waktu.”
“Gue berantem hebat sama Mama. Tadi dia bilang kalau dia mau balik lagi sama Papa dan gue marah. Setelah apa yang Papa lakuin ke Mama, dia seenaknya nyamperin Mama lagi dan menghasut Mama buat bilang ke gue.”
Seishu tidak menjawab kalimat penuh amarah yang keluar dari bibir Kazu. Selalu seperti ini, Seishu hanya akan mengusap punggung atau surai Kazu dan baru membalas ocehannya setelah yang bersangkutan merasa lega. Tidak hanya melakukan pada Kazu, ia melakukannya untuk semua.
Dari ujung sana, Taka tersenyum memperhatikan bagaimana Seishu berbaur dengan baik setelah berbincang dengan Kazu (yang Taka yakin kalau Seishu berusaha mengembalikan mood laki-laki dengan surai dua warna itu).
Pandangan mereka bertemu ketika Seishu menoleh ke arah dirinya. Seishu tersenyum untuknya, manis sekali.
2021.