Retrouvailles.

In the end, we will meet. As we did when we first met, we should be in love. Dear Love by Lim Hyunsik.

This one is a warm-themed fic; both of ‘em are old friends. Fluff, friend to lovers (ig), slice-of-life. This pair is maybe a super crack pair but let me introduce you, kurosuga.

Oh, happy birthday, Kuroo! <3


Kuroo Tetsurou menyesap kopi dengan sepasang netra yang terfokus pada layar tablet kerja miliknya. Kepala milik laki-laki berusia kepala tiga itu sedikit berdenyut nyeri.

Kuroo menghela nafas kasar. Sebentar lagi ia harus pergi menuju percetakan untuk edisi terbaru majalah yang ia pimpin, dan masih ada banyak hal yang harus tim-nya kerjakan.

“Kenapa ya, sekarang gue harus terjebak di dunia majalah fashion.” gumam Kuroo seraya menyesap kopi miliknya kembali.

“Oh? Tetsu?”

Kuroo menolehkan kepalanya dengan cepat, mencari arah suara yang menyapanya dengan akrab dan familiar.

Oh.

Hazel miliknya menangkap sosok laki-laki seumurannya dengan surai abu-abu juga sepasang pakaian kasual, berbeda sekali dengan pakaian miliknya yang terlihat terlalu formal.

Laki-laki di depannya itu bisa dibilang laki-laki yang tidak bisa Kuroo lupakan walau keduanya tidak pernah memiliki hubungan apapun.

“Oh, hai,”

Demi Tuhan, ini tidak seperti yang Kuroo harapkan. Hanya berkata ‘Oh, hai,’ pada orang yang sudah lama tak ia jumpai? Kuroo rasa ia sudah gila.

Tanpa basa-basi laki-laki itu mengambil tempat di depan Kuroo yang memang kosong. Senyumannya lebar, cerah sekali sementara di luar sana tengah hujan deras.

Editor In Chief kita sekarang mukanya kusut banget dan ... jutek,” ujarnya dengan mata sedikit memicing. “long time no see, Tetsu,”

Kuroo terkekeh pelan dan mengunci layar tabletnya dengan sukarela.

“Gue gak jutek,” balas Kuroo menatap lawan bicaranya dengan tawa terdengar dari bibirnya. “dan kenapa lo tahu kalau gue sekarang pemimpin redaksi.”

Kuroo kira, kawan-kawannya sudah tidak peduli dengan ‘pekerjaan’ juga eksistensi kawan lamanya, namun Sugawara—ini nama laki-laki yang berada di depan Kuroo—mengingat namanya dan bahkan, mengetahui pekerjaannya.

“Masa gue gak tau pemimpin redaksi majalah paling keren satu dunia,” ujarnya tertawa dengan renyah, matanya hilang karena tawa. “gue langganan sejak lo jadi designer and for your information, gue langganan karena lo.”

Satu alis Kuroo terangkat, tidak mengerti dengan kalimat terakhir yang Sugawara lontarkan kurang dari satu menit yang lalu.

Sugawara mengangguk kecil, senyumnya juga terlihat dari netra hazel milik Kuroo. “Mm-hm, gue mulai beli waktu ada yang bilang lihat nama lo di majalah dan majalah lo helped me a lot,” jelasnya panjang lebar, matanya tetap fokus ke arah Kuroo. “sekarang gue CEO salah satu Design Company, keren nggak?”

Kuroo mengangguk, menyetujui kalau Sugawara memang keren. “Nama Kuroo Tetsurou nggak cuma satu, kalau lo gak lupa.”

Sugawara mengangkat bahu sedikit. “Tapi yang gue kenal cuma lo doang dan ... feeling gue bener, Kuroo Tetsurou itu memang Kuroo Tetsurou yang gue kenal.”

Senyuman jahil mulai muncul di wajah Kuroo, ia menopang dagunya menggunakan kedua telapak tangan yang ia taruh di atas meja.

“Lo ... masih naksir gue, ya?”

Lagi-lagi, Sugawara tertawa menanggapi pertanyaan Kuroo yang menurutnya lucu.

I am,” jawabnya santai, sedangkan Kuroo terlihat terkejut. Ia mengangkat satu tangannya dan melambaikan tangan kanan miliknya di depan wajah Kuroo, “gak usah kaget gitu, lo ‘kan udah tau kalau I have some butterflies for you ever since we were still a high school students.

Kuroo kaget. Maksudnya, mereka saat masa sekolah itu sudah lama sekali, sudah lebih dari sepuluh tahun yang lalu.

Tapi, perasaannya juga tidak jauh berbeda dengan laki-laki di depannya.

I still am, anyway,” Sugawara menautkan jemari miliknya sendiri di atas meja, “aneh gak sih kalau gue bilang I never try to moving on from you dan berusaha buat tetep simpen semuanya karena gue mikir kalau one day I will tell you about my feelings for the second time, walau gue tahu kalau kesempatan buat ketemu lo tuh kecil banget.” lanjutnya tersenyum manis.

“Lo jangan bikin gue salting,”

“Lucu banget udah tiga puluh masih salah tingkah kayak remaja,” komentar Sugawara merasa lucu dengan balasan Kuroo. “oh, ngomongin umur, today is your birthday! Happy birthday!

Oh? Hari ini ia ulang tahun?

Kuroo belum membuka ponsel pribadinya, sejak pagi ia hanya membuka ponsel kerja karena minggu ini sudah masuk minggu sibuk mempersiapkan edisi bulan depan yang akan rilis sebentar lagi.

“Koushi,”

Yes?”

“Ini gue gak elit banget bilang sesuatu penting kayak gini di kedai kopi tapi, lo mau gak ngulang cerita kita waktu awal ketemu tapi sekarang akhir ceritanya happy ending, gak gue ninggalin lo karena harus pindah kota.”

Sugawara terkekeh. “Ini ceritanya lo lagi ngajakin gue pacaran?”

“Ya ... gitu, tapi lebih serius tapi gitu deh,” Kuroo meracau, telinganya memerah karena malu. “eh tapi kalau lo gak mau ya gak apa-apa sih, gue cuma ... gitu.”

Sugawara tertawa lagi, kepalanya mengangguk kecil. “Lo pikir gue bakalan nolak lo setelah gue confess panjang lebar sepuluh menit yang lalu?” tanya Sugawara dengan bibir mencebik sebal. “I would love to,”

Tiga puluh tahun.

Hari ini Kuroo berulang tahun dan ia mendapat kado terbaik selama tiga puluh tahun hidupnya.


2021, a part of songblefics