Relationship Status: Unknown.
warning a peck, mentioning kiss.
Mitsuya tengah mengajari Ran cara menyulam di kantin gedung C persis dengan info yang Kakucho berikan. Ran meminta Mitsuya untuk mengajarinya karena sebentar lagi ibunya akan berulang tahun dan ia ingin memberi malaikatnya sebuah pakaian dengan sulamannya sendiri.
“Lu kenapa susah banget dihubungin.”
Mitsuya agak terkejut ketika indera pendengarnya disapa oleh suara khas si sobat karib Kazutora. Kepalanya dengan sengaja ia dongakan dan setelahnya ia melihat Kazutora dan Inui berada di hadapannya dengan laptop serta tas di pundak masing-masing.
“Baterenya habis,” Mitsuya menunjukan gawainya yang sudah mati total pada kedua teman satu kelasnya dengan santai. “tadi juga gue nge-tweet pakai gawai punya Kak Ran.”
Kazutora dan Inui segera mengambil posisi di hadapan kedua insan yang tengah sibuk dengan kain dan benang itu. Laki-laki dengan surai seperti warna lebah itu melirik ke arah Mitsuya dan tersenyum canggung.
“Bang, gue sama Seishu ikut duduk bentar, ya. Mau ngerjain tugas kelompok bentaran doang.” ujar Kazutora pada Ran yang saat ini sudah memberi keduanya tatapan memicing.
“Lo baru bilang begini disaat lo berdua udah duduk dengan santai tanpa beban.” balas Ran seraya menunjuk keduanya dengan bibir mencebik.
Inui hanya bisa menggeleng pelan, fokusnya kini beralih pada Mitsuya yang sudah memberi seluruh atensinya pada mereka berdua.
Laki-laki dengan surai yang hampir sama dengan milik Ran itu (mereka berdua memiliki surai dwiwarna dengan gaya yang sama, keduanya memilih warna yang tidak jauh beda; yang satu light lilac sedangkan yang satu lagi silver-lilac dengan highlight berwarna hitam) merogoh tasnya dan mengeluarkan benda kecil bernama flashdisk dari sana.
“Ini bagian gue, kemarin anak gue tiba-tiba error dan nasib dia sekarang di tempat servis,” ujar Mitsuya menyimpan flashdisk tersebut di atas meja dengan santainya. “Ini juga gue ngerjain semuanya pakai anaknya dia.” lanjutnya sembari menunjuk Ran yang memperhatikan ketiganya.
Inui mengambil benda kecil tersebut dengan raut wajah curiga. “Lo beneran kerjain bagian lo doang, 'kan? Gak ada nambahin sesuatu buat bagian gue atau bagian Kazu?” tanya Inui sebelum memasang flashdisk hitam di tangannya.
Mitsuya nyengir, satu tangan miliknya mengusap tengkuk miliknya dengan canggung. “Gue kerjain sedikit, beneran sedikit banget gue kemarin keasikan nyari materi dan ... akhirnya kebablasan. Lo berdua tinggal lengkapin beberapa soalnya gue cuma isi main topicnya.” katanya dengan cengiran di wajah.
Kazutora mencubit punggung tangan Mitsuya yang berada di atas meja pelan tetapi tetap saja membuat si empunya mengaduh kesakitan.
“Lo tuh kebiasaan banget. Ini bukan tugas lo sendiri alias ini tugas kelompok jadi jangan kerjain semuanya sendirian.” omel Kazutora lalu meminta Inui untuk mengirim apa saja yang sudah Mitsuya kerjakan.
“Next time gak lagi-lagi, deh.” Mitsuya terkekeh seraya memperhatikan kedua kawan satu kelompoknya yang sibuk mengerjakan sisa dari tugas mereka berdua.
Mitsuya melirik ke arah Ran, ia mendapat gelengan bingung dari yang lebih tua. Ran tidak habis pikir dengan cara Mitsuya berpikir. Ada, ya, orang keasikan cari materi dan berakhir mengerjakan semuanya?
“Jangan liatin gue kayak gitu.” ujar Mitsuya melayangkan protes pada Ran.
Ran tersenyum tipis, tangan kanannya mengusak puncak kepala lelaki di samping tubuhnya secara acak.
“Lo berdua mau pesen sesuatu, gak?” bukannya membalas pernyataan Mitsuya, Ran malah memberi Kazutora dan Inui pertanyaan yang terdengar seperti basa-basi. “Gue mau beli minum soalnya, biar sekalian.”
“Serius?” tanya Kazutora sedikit tidak percaya karena Ran ini jahil bukan main.
Ran berdecak. “Iya gue serius elah, kalau gue isengin lo berdua gue gak akan ketemu Takashi selama satu bulan.” balasnya dengan jaminan.
Kazutora tersenyum lebar. “Gue percaya kalau gitu. Gue samain aja kayak pesenan lo, kalau lo gimana, Sei?” tanya pemuda itu pada Inui yang terlihat berpikir.
“Gue titip nasi goreng mang Diman aja, nanti biarin beliau aja yang anter.” ujar Inui pada akhirnya.
Ran mengangguk paham, kali ini tatapannya beralih pada Mitsuya. “Kalau lo?” tanya yang lebih tua padanya.
Mitsuya menggeleng. “Gue gak usah. Masih ada juga ini.” katanya menunjuk satu gelas jus jeruk di depan mata.
“Bener gak mau?”
“Iya, lo pergi aja. Punya gue masih banyak.”
“Oke kalau gitu, nanti kalau mau minum punya gue aja, jadinya berdua.” ujar Ran pada akhirnya dan ia segera pergi menuju ke salah satu kios di daerah kantin.
Kazutora menatap punggung Ran sekilas dan tatapannya beralih pada Mitsuya. “Jujur ke gue kalau lo sama dia ada hubungan apa?” tanya laki-laki itu ketika Ran sudah sangat jauh dari meja mereka.
“Gue sama dia cuma temen.” balas Mitsuya santai, tangan miliknya meraih gawai milik Ran di atas meja dengan santai. Ia mencari beberapa artikel tentang tugas mereka disana. “Gak lebih, beneran deh.”
Baik Kazutora dan Inui hanya bisa menatapnya dengan heran. Mereka berdua selalu berkata kalau keduanya adalah teman, namun tingkah laku keduanya sama sekali tidak menunjukan kalau mereka hanya teman, tidak lebih. Seperti saat ini, teman mana yang secara bebas memakai gawai masing-masing tanpa takut dengan privasi mereka, saling menjemput satu sama lain setiap hari, juga berpelukan di depan kawan-kawan mereka. Mereka terlalu natural dan aneh jika memiliki label hanya seorang teman.
Selama Ran membeli minum dan memesan nasi goreng untuk Inui, ketiganya mulai berdiskusi tentang tugas mereka bertiga dengan bantuan Mitsuya. Mitsuya itu pandai, pandai sekali. Ia sering mengikuti lomba sejak SD. Info ini di dapat dari si kawan sejak SD, Kazutora.
“Sori lama, tadi gue sempet ketemu sama temen gue dan berakhir ngobrol.” suara Ran tiba-tiba terdengar membuat ketiga anak manusia yang sibuk berbincang itu menoleh ke arahnya. Ran datang dengan satu kantung plastik berisi minuman dan satu piring nasi goreng di tangan.
Inui si pemilik nasi goreng merasa tidak enak karena ia membuat Ran membawa makanannya. “Lo kenapa bawa nasinya sendiri?” tanya Inui seraya merogoh tasnya, mencari dompet untuk membayar makanan yang ia titip.
“Sekalian, Pi. Gak usah bayar juga, anggap aja permintaan maaf dari gue,” ujar Ran lalu terkekeh pelan. Setelahnya ia kembali mengambil posisi tepat di samping Mitsuya dengan natural.
“Lo berdua sama anehnya.”
Ran tertawa nyaring setelah mendengar celetukan Inui tentang dirinya dan Mitsuya. Aneh, ya?
Keempatnya kembali fokus pada kerjaan masing-masing; Inui yang masih mencari satu artikel yang sulit ditemukan dan sesekali mengambil satu suapan nasi goreng, Kazutora yang sibuk mengetik dan juga membuka buku, Mitsuya yang juga masih bermain dengan gawai milik Ran tanpa mendapat protes dari sang empunya dan terakhir, Ran yang sibuk memperhatikan si pemilik iris lavender di samping.
“Kak, lihat ini deh, lucu.” ujar Mitsuya seraya menoleh ke arah Ran dengan gawai yang sengaja ia tunjukan pada si jangkung. Disana terlihat dua aktor yang iseng seperti meminta cium pada partner sekaligus temannya yang pada awalnya, tidak dianggap serius. Namun ya, akhirnya sih, bibir keduanya bertemu dengan sempurna walau hanya satu detik. “Gue gak sabar nonton seriesnya. Fan service mereka kayak gini.”
Ran tertawa, melihat Mitsuya dengan raut wajah bahagia dengan rona menyelimuti kedua pipi dan telinganya itu membuat Ran merasa penuh. Ia senang melihat mentarinya bahagia.
“Kalau ada yang gituin lo, lo bakalan gimana?” tanya Ran tiba-tiba.
Mitsuya menaikan sebelah alisnya bingung, tidak menyangka akan mendapat pertanyaan seperti ini. “Gue pasti bakalan kaget, sih. Tapi kalau orang yang ngelakuin itu tuh someone's that I love, kayaknya gue bakal melakukan hal yang sama kayak dia. Bibirnya tetep maju terus udahnya sok iya kayak gak mau.” jelasnya seraya terkekeh pelan.
“Kalau lo posisikan lo sebagai yang mancing, lo berani, gak?”
Lagi-lagi Mitsuya tertawa. “Lo kenapa deh, pertanyaannya aneh banget. Tapi ya, gue berani-berani aja apalagi kalau udah kenal deket.”
“Even to someone that you love?”
Mitsuya mengangguk. “Mm-hm,” dehamnya pelan. Yang lebih muda mendongak sedikit, menatap yang lebih tua dengan seringai jahil terlihat di wajah. “lo mau lihat?”
Kali ini, giliran alis Ran yang terangkat karena otaknya masih belum memproses pertanyaan yang baru saja keluar dari bibir Mitsuya. Pemuda ini akan memberi satu kecupan pada salah satu diantara Inui dan Kazutora? Begitu, 'kan, maksudnya?
Belum sempat Ran membalas pertanyaan tersebut dengan pertanyaan lagi, Mitsuya tiba-tiba bergerak mendekat dengan kedua mata yang terpejam dan memberi Ran satu kecupan singkat di bibir. Tidak sampai satu detik, ia langsung menarik tubuhnya dan membuka matanya namun itu mampu membuat tiga anak Adam di meja dengan nomor 53 itu terpaku karena terkejut bukan main.
Namun si pembuat onar hanya mengulas senyum tanpa merasa dosa dan kembali fokus pada gawai berwarna merah milik lelaki yang masih belum berkedip disampingnya.
2021.