Pukul Tiga Sore.
Bagian dari Seven Days of Love.
Hari ini pulang lebih awal karena seluruh kelas sudah sibuk menyiapkan untuk classmeeting minggu depan dan memperbaiki nilai ujian mereka yang kurang.
Yachi berjalan menyusuri koridor kelas sepuluh dengan tangan menggenggam tas erat, berusaha menghindari kontak mata orang-orang. mereka memperhatikan kening miliknya yang kali ini terpasang plester karena insiden tadi pagi.
“Yachi?”
Yachi segera menoleh mencari suara yang menyebutkan namanya dengan pelan namun terdengar khawatir.
“Eh? Kak Akaashi?”
Mampus.
Akaashi melangkahkan tungkainya mendekati Yachi, ia menunduk sedikit, mensejajarkan wajahnya dengan wajah Yachi.
“Masih sakit?”
Yachi mengerjap pelan, tidak menyangka kalau Akaashi ingat dengan kejadian tadi pagi dan menanyakan kabar lukanya. Ia menggeleng pelan, karena jujur saja, lukanya tidak terlalu sakit.
“Enggak terlalu sakit, kok! Paling nanti keningku ada bekas birunya tapi I’m okay!” balas Yachi terburu-buru.
Akaashi tersenyum lega, kemudian mengangguk. “Syukur kalau gitu. Jangan sering di pegang ya, keningnya.” balasnya lalu kembali berdiri dengan tegak. “Pulang sendirian?”
Yachi mengangguk, “Iya, aku naik ojek online soalnya hari ini Shoyo sama Tobio pada remedial jadi gak ada yang bisa aku tebengin.” balas Yachi kemudian mengeluarkan ponselnya dari saku. “Aku ke halte duluan ya, Kak!” pamit Yachi seraya melambaikan tangannya yang memegang ponsel.
“Aku temenin, ya.” ujar Akaashi lalu berdiri disamping Yachi, dan memberi gadis itu kode agar segera berjalan.
“Bukannya Kak Akaashi ada rapat?” tanya Yachi bingung. Pasalnya, Yachi mendengar dari sang kawan yang merupakan anak OSIS kalau hari ini anggota OSIS-MPK akan mengadakan rapat besar.
Akaashi menepuk bahunya pelan, membuat Yachi mendongak menatap yang lebih tinggi. Dan disana, lagi-lagi, Akaashi Keiji tersenyum.
“Masih lama, kok, mulainya,” balas Akaashi tenang. “Lagian, aku gak enak tadi abis stop kamu buat nanyain kabar tapi kamunya gak aku anterin pulang. Jadi, aku temenin sampai kamu dapet ojeknya aja. Gak apa-apa, ‘kan?”
Oh.
Siapa yang bisa menolak kalau begini caranya?
Ayasha, 2021.