Pukul Sepuluh Pagi.


Pagi ini sangat cerah, langit terlihat biru terang dengan angin yang tidak terlalu besar namun tidak juga pelan. Ini akan menjadi hari yang baik, begitu kata Inui dalam hati.

Inui sudah siap sejak tiga puluh menit yang lalu, rasanya ia terlalu bersemangat untuk mengunjungi toko bunga milik adik dari kawan Draken pagi ini.

“Inupi, ayo!”

Draken di depan rumahnya melambai dengan menaiki motor kesayangan. Pakaian laki-laki itu tidak terlalu mencolok, namun cukup enak dipandang.

“Dih, cakep bener lu padahal hari ini mau ketemu buaya.” komentar laki-laki yang lebih muda sembari memberikan helmet miliknya pada Inui. “Eh, nanti lo pulang sendiri gak apa-apa? Gue ada janji mau jemput Emma soalnya.”

Inui memakai helmet tersebut dan mengangguk pelan. “Gak apa-apa, gue nanti mau mampir ke café dulu, kok.” balas Inui setelah menaiki motor milik Draken dan menepuk pundak sang kawan tanda ia sudah siap.

“Oke kalau gitu, nanti gue suruh Mitsuya buat anterin lo aja.”

️️ ️️ ️️ ️️


️️ ️️ ️️ ️️ Inui menatap satu toko yang ternyata tidak terlalu jauh dari café miliknya—ia hanya harus melewati dua halte bus.

Toko bunga bernama Fleur ini di dominasi dengan warna putih dan sedikit hijau muda yang membuat suasana terasa terang dan nyaman; Inui senang berada disini.

“Mohon tunggu sebentar!”

Perempuan muda dengan tag nama bertuliskan Mana itu tersenyum dengan ramah, matanya menghilang karena senyuman kala bertemu dengan sosok Draken yang menjulang tinggi.

“Kak Ken! Langsung naik aja ke atas, Kak Taka sama Kak Lulu baru aja dateng.” ujarnya seraya merapikan beberapa barang yang ada di sekitar kasir.

Draken tertawa pelan seraya mengangguk. “Nana udah makan, belum?” tanya Draken lalu melirik Inui yang saat ini tengah sibuk memandangi sekeliling. Mana menggeleng pelan, menjawab pertanyaan Draken. “Ini temen Kakak namanya Inui.”

Mana tersenyum lebar menatap Inui yang terlihat bersemangat menatap bunga-bunga yang ada di tokonya.

“Halo, Kak Inui! Aku Mana, adik bungsunya Abang!” katanya sembari mengulurkan tangan pada Inui.

Inui membalas uluran tangan Mana dengan senyum terpatri dengan lebar. “Inui Seishu. Salam kenal, Mana!”

“Nah, sekarang ayo sarapan dulu Kak Inui udah beliin makanan kesukaan Mana.”

Mana mengangguk setelah mendengar suara Draken dan membawa keduanya menuju lantai dua dimana tempat mereka beristirahat dan juga tempat si sulung bekerja.

Lagi-lagi tempat ini membuat Inui takjub; berbeda dengan lantai dasar yang terlihat rapi dan menenangkan, lantai dua sekaligus lantai paling tinggi ini terkesan cukup berantakan karena ada banyak kertas dan kain beserta beberapa manekin, namun juga terasa hangat bagi Inui.

“Maaf berantakan, Abang lagi buat sesuatu akhir-akhir ini katanya dia lagi ada proyek sama Tante soalnya.”

Draken mengangguk maklum karena ia tahu sang kawan memang sedang sedikit sibuk karena harus membantu Tantenya yang seorang designer yang sudah memiliki nama di seluruh dunia—atau, kalian bisa bilang sangat terkenal.

“Lo pasti pernah denger nama Couture, ‘kan?”

Inui mengangguk semangat. Couture adalah salah satu brand ternama. Inui ini selain suka kopi dan bunga, ia juga menyukai fashion dan buku. Kalau kata Chifuyu, Inui memiliki banyak hobi menarik.

“Mitsuya keponakan yang punya Couture dan akhir-akhir ini dia kerja disitu. Mau luncurin sesuatu yang baru, katanya.” jelas Draken melirik sekilas pada Inui yang berjalan di belakangnya.

“Wah, keren.” gumam Inui pelan.

“Abang ini temen-temen Abang udah dateng!”

Seruan dari yang paling muda membuat Inui mendongak dan membiarkan tatapannya menatap lurus ke depan guna untuk mengintip sosok Mitsuya yang ternyata tengah sibuk menata meja dengan makanan yang sepertinya buatan sendiri seperti yang ia sebut di obrolan mereka semalam.

“Oh, hi!” ujar Mitsuya dengan senyuman secerah mentari pagi. Tangannya melambai ke arah mereka bertiga dan memiringkan badan, berusaha melihat ke arah Inui karena laki-laki itu bersembunyi dibalik tubuh besar Draken.

Laki-laki dengan surai yang cukup panjang (namun tak sepanjang milik Inui) berwarna silver-lilac itu tersenyum riang ke arah Inui yang sedikit belum biasa dengan situasi seperti ini.

“Hi, Inupi!” sapanya dengan nada riang sama dengan raut wajahnya. Tingkah laku Mitsuya yang satu ini sukses membuat Draken menaikan satu alisnya dengan bingung.

“Akrab lu?”

Mitsuya menoleh, mencari sosok kawan besarnya dan terkekeh pelan kala netra sewarna lavender miliknya menangkap Draken yang sudah duduk di salah satu tempat yang sudah ia siapkan.

“Harus akrab biar dua minggu lagi nggak awkward,” ujar laki-laki itu kemudian menarik Inui untuk duduk di dekatnya. “iya, ‘kan?”

Inui tertawa pelan lalu mengangguk. “Iya, gak lucu kalau nanti di acara malah diem-dieman kayak orang baru kenal.” ujarnya dengan nada canggung yang sudah hilang.

Kesan pertama Inui pada Mitsuya ketika yang di samping membalas pesan di Twitter itu ramah dan baik. Dari foto profilnya, Inui dapat menangkap kalau Mitsuya laki-laki baik, walaupun isi cuitannya lebih sering mengumpati hidup dan kawan-kawannya.

Dan detik ini juga kesan Mitsuya di mata Inui masih sama, tidak berubah sama sekali. Malah, Mitsuya yang ini lebih ramah karena Inui dapat melihat senyuman si surai lembut secara langsung.

Mitsuya orang baik, Inui tidak perlu khawatir akan kejadian demi kejadian di masa depan.


2021.