One day with Kei and Mai.
warning mentioning divorce and commitment.
“Stop bikin tweet kayak gitu.”
Suara si pirang menyapa indera pendengar Baji dengan sempurna.
Baji nyengir, memperlihatkan gigi miliknya yang sering kali menjadi topik obrolan orang lain—baik orang yang sudah kenal atau stranger karena beberapa dari mereka menganggap gigi (taring) miliknya terlihat lucu.
“Biar dunia tahu kalau gue lagi memperjuangkan cinta.” balas laki-laki gondrong yang sudah mengenal Mikey sangat lama itu dengan tenang.
Mikey hanya mengangguk kecil mendengarnya. Mikey sudah terlalu biasa dengan tingkah aneh yang selalu Baji lakukan, termasuk ungkapan cinta yang selalu sang kawan utarakan tak tahu tempat.
“Sebenernya lo mau ngajak gue kemana?” tanya Mikey kala Baji sudah berpamitan dengan Emma yang saat ini masih sibuk dengan beberapa bahan makanan di dapur.
Baji tersenyum senang, satu lengan miliknya ia lingkarkan di bahu Mikey dengan santai. Laki-laki itu menunduk sedikit untuk melihat Mikey karena kalian tahu, Mikey itu jauh—jauh—lebih pendek darinya.
“Gue akan mengajak lo ke surga dunia alias festival makanan yang ada di balai kota.”
Mendengar penuturan yang keluar dari bibir Baji membuat sepasang mata milik Mikey berbinar kala indera pendengarnya disapa oleh kata festival makanan lokal.
Mikey jadi ingat kalau bulan lalu ia pernah berkata pada lima kawannya seperti: “Bulan depan ada festival di balkot, siapa mau temenin gue?” dan ia masih ingat dengan jelas kalau teman-temannya mengatakan akan datang kalau sudah tidak sibuk.
Dan hari ini Mikey sudah lupa dengan eksistensi surga versi dirinya itu. Kalau Baji tidak ribut pagi ini, mungkin Mikey akan terbangun pukul dua belas siang karena ia terjaga sepertiga malam.
“Lo inget ada festival ini?”
Baji mengangguk, menarik Mikey agar segera melangkah menuju jagoannya (baca: motor) di depan rumah.
“Ya jelas inget, lo waktu itu pernah nanya siapa yang bisa nemenin lo,” ujar Baji seraya mengulurkan helmet milik Mikey pada sang empunya. “dan disini gue sekarang, menemani cintaku mengunjungi surga versi Mai.”
Mikey terkekeh sembari menggelengkan kepalanya, tak habis pikir dengan sang kawan yang selalu menunjukan kalau ia telah jatuh padanya.
“Gak usah lebay kayak gitu.”
“Gue hanya memperjelas perasaan gue.”
“Gue udah tau dengan jelas kalau lo cinta mati.”
Baji menoleh sedikit ke arah Mikey dan membuat helmetnya dalam mode kunci sebelum ia bertanya; “Kalau gitu, kapan lo mau membalas perasaan gue?”
Mikey menepuk bahu Baji ringan.
“Bentar lagi.”
Baji benar-benar tidak fokus setelah mendengar jawaban dari pertanyaannya sebelum berangkat. Mikey? Membalas perasaannya? Sebentar lagi? Sebentar lagi itu kapan?
Cinta mati, katanya. Ia tidak bisa mengelak karena memang seperti itu keadaannya. Ia telah jatuh, jatuh ke dalam pesona kawan kecilnya entah sejak kapan.
Sebetulnya, ia tidak peduli dengan jawaban Mikey atas perasaannya. Yang terpenting bagi dirinya adalah yang bersangkutan sudah tahu dan ia bisa terus berada di samping Mikey. Ia tidak peduli jika Mikey menyukai orang lain.
“Lo ngelamun terus.”
Suara sang pemeran utama di bayangannya itu berhasil membuat Baji terkejut serta dengan cepat menolehkan kepalanya ke arah Mikey.
“Gue tiba-tiba kepikiran cucian gue tadi pagi udah gue jemur atau belum.”
Alasan.
Baji tahu Mikey pasti sadar kalau ucapannya kali ini hanya satu dari alasan-alasan aneh yang selalu ia lontarkan. Tapi lawan bicaranya adalah Mikey, dan Mikey adalah anak baik. Walaupun tahu kalau Baji beralasan, Mikey tidak akan bertanya karena menurutnya, nanti juga Baji akan bercerita sendiri; tidak perlu dipaksa untuk memberitahunya.
“Udah dingin tuh, mi ayam punya lo.”
Baji mengangguk pelan seraya menyuap mi yang sudah ia gulung di sumpit. Sesekali matanya melirik ke arah Mikey yang sibuk dengan ponselnya karena mi milik si kecil sudah habis sejak tadi.
Mikey tahu kalau Baji beberapa kali mencuri pandang tapi Mikey juga tidak akan melayangkan protes, toh, selama Baji tidak memandangnya dengan tatapan aneh, Mikey tidak terlalu peduli.
Mikey tahu dengan jelas bagaimana perasaan Baji padanya. Ia ingat kapan Baji mulai berubah; berubah dalam artian positif seperti memberi Mikey perhatian yang lebih, (yang ini sedikit menyebalkan) lebih protektif padanya, dan ia menjadi lebih baik dari yang biasanya.
Semuanya bermulai ketika mereka berdua berada di kelas delapan. Baji mulai berubah sejak kelas delapan berlangsung dan tak lama setelahnya, Baji berkata kalau ia jatuh cinta; jatuh cinta pada dirinya.
Mikey kira, cinta Baji hanya cinta monyet seperti teman-temannya yang lain. Maka dari itu ia hanya menganggap angin lalu karena mungkin, dalam waktu dekat Baji akan menyukai orang lain.
Baji saat SMP itu populer. Ia mengenal semua orang: guru, penjual kantin, penjaga sekolah dan seluruh murid tahu siapa itu Baji. Jadi, kembali lagi, Mikey kira Baji akan kembali jatuh cinta pada orang lain karena ada banyak—sangat banyak orang yang jatuh pada laki-laki dengan surai pekat.
Suatu hari salah satu teman keduanya (sebut saja Mitsuya) bertanya pada Mikey tentang perasaannya pada Baji dan saat itu Mikey menjawab kalau perasaan keduanya bersifat mutual.
Mutual, ya?
“Sekarang giliran lo yang ngelamun,” ujar Baji setelah kembali dari membayar makanan mereka berdua. “mikirin apa lo? Gak mungkin mikirin cucian juga kayak gue.”
Mikey tertawa ringan lalu tungkainya ia rubah menjadi posisi tegak.
“Mikirin lo.”
Lagi-lagi Baji dibuat kaget oleh jawaban Mikey.
Hari ini, Mikey terlihat aneh.
Waktu sudah menunjukkan bahwa hari akan berubah menjadi gelap. Baji dan Mikey sudah menghabiskan waktu dan uang mereka di festival yang rasanya memang seperti berada di surga—walau baik Baji dan Mikey tidak tahu bagaimana keadaan di surga sana.
“Tumben lo gak beli es krim cokelat,” ujar Mikey memperhatikan cup es krim yang selalu mereka beli di warung depan gang blok C atau di sekolah. “perpaduan lo dan vanila adalah satu hal yang aneh.”
Baji berdecak sebal. “Gue cuma pengen samaan sama lo doang.” katanya dengan santai, walaupun bibirnya mencebik seperti anak berumur tujuh tahun.
“Lo beneran naksir gue segitunya, ya?”
“Gue udah sering bilang kalau gue cinta mati.”
Mikey terkekeh. “Tau. Gue cuma mau memastikan.” balas laki-laki itu yang membuat Baji menaikan alis (lagi) karena bingung.
“Lo aneh.”
Mikey tertawa nyaring, detik berikutnya melahap seluruh es krim cone berperisa vanila dengan satu suapan.
“Hari ini gue aneh, ya?” Baji tidak menjawab, ia hanya mengangguk merespon pertanyaan Mikey. “Gue lagi mikir, ternyata gue beneran gak bisa hidup tanpa lo, kayak yang lo sering bilang.”
Rasanya, es krim di tangan Baji sudah tidak lagi menarik. Pandangannya saat ini terfokus pada Mikey yang duduk disampingnya dengan tenang. Mikey tersenyum tipis, sepasang mata milik lelaki itu tertuju pada langit oranye.
“Lo jangan potong kata-kata gue, oke?”
Baji mengangguk, menunggu kalimat yang akan Mikey rangkai petang ini. Iris miliknya tidak lelah menatap sang lawan bicara dengan penuh afeksi.
“Gue gak yakin lo sadar atau enggak tapi gue juga suka sama lo, dari SMP. Tapi gue waktu itu cuma ngira ya paling gue naksir lo karena lo satu-satunya orang yang sering banget main sama gue barengan dari kecil. Bayangin aja, kita kenal dari tempat les membaca terus ternyata satu dojo, eh abis itu kita satu SD—dan seterusnya kita barengan, sampai detik ini
gue suka, gue sayang, gue juga cinta tapi gue takut buat bilang semuanya nggak kayak lo yang terang-terangan kasih tau dunia kalau lo cinta mati. Lo tahu, kadang gue takut lo tiba-tiba suka sama orang lain makanya kadang, gue suka mastiin apa lo masih suka sama gue atau enggak kayak barusan. Egois, ya? Maaf gue jadi egois selama ini karena gue gak mampu buat teriak ke dunia kalau gue juga cinta mati.
Gue juga mau minta maaf karena gue juga masih takut buat pacaran walaupun gue gak pernah pacaran sama sekali tapi lo paham, ‘kan, kenapa gue takut?”
Ada jeda panjang dari Mikey setelah Baji mengangguk.
“Gue minta maaf karena gue gak bisa menuhin kemauan lo yang satu ini. Lo kalau nanti di masa depan ketemu sama orang keren dan suka sama mereka, lo harus terus raih mereka tanpa harus mikirin gue, oke? Gue juga mau bilang makasih yang banyak buat lo karena lo udah keren banget bilang ke semua orang kalau lo suka sama gue, lo mau aja mereka ceng-in karena kejebak friendzone, gue seneng banget bisa kenal dan ditaksir sama cowok paling keren walaupun agak alay kayak lo.”
“Udah?” Mikey mengangguk. “Kali ini giliran gue yang ngomong, jangan lo potong.”
“Manjiro, jujur aja gue kaget waktu lo bilang lo naksir gue dari SMP kayak ... demi apapun di dunia ini, pikiran itu gak pernah sama sekali muncul di benak gue. Gue gak pernah bayangin lo bakalan ngomong panjang lebar kayak gini jelasin tentang perasaan lo selama ini ke gue. Gue seneng, seneng banget.
Gue gak kayak orang lain yang naksir lo, Manjiro. Gue gak mengharapkan pacaran atau apapun karena gue tahu jelas kalau orang yang gue taksir itu lo. Gue paham dengan jelas kalau lo masih takut karena kejadian yang udah lo alamin; Papa sama Mama cerai, Bang Shin ditinggal sama pacarnya setelah cewek aneh itu bilang mau komitmen dengan jelas. Gue tau lo takut buat memulai hubungan.
Lo gak egois dan gue gak akan lihat orang lain. Di mata gue cuma ada lo, mungkin lo atau siapapun yang denger ini bakalan anggap gue dangdut, tapi Manjiro, cinta mati yang gue sering sebut itu gue beneran serius, gue bilang dari hati. Gue gak peduli lo mau sama siapapun, lo mau gimana juga gue gak peduli. Yang paling penting buat gue cuma satu, lo bahagia.”
Baji terkekeh ketika irisnya menangkap Mikey yang menangis. Jemarinya terangkat guna untuk menyapu air mata yang terlalu berharga untuk di keluarkan.
“Jangan nangis, nanti gue ikutan nangis.” ujar Baji seraya menarik Mikey ke dalam rengkuhan hangatnya. Satu lengannya melingkar di tubuh kecil Mikey dan yang satu lagi berada di atas surainya dan bergerak mengusap surai terang milik Mikey dengan lembut dan hangat.
“Makasih banyak.” bisik Mikey setelah tangisannya berhenti.
Baji mengangguk. “Sama-sama dan makasih juga, udah mau jujur sama perasaan lo,” balas Baji sembari melonggarkan pelukan mereka dan menatap Mikey. “lo semesta gue, gue akan melindungi lo sampai mati dari dunia yang jahat ini.”
Mikey tersenyum dan mengangguk, kembali menghamburkan dirinya dalam pelukan hangat yang selalu ia sukai (selain pelukan saudara-saudaranya) sejak dahulu.
Mikey tahu, Baji selalu serius dan selalu menepati janjinya.
2021.