Mentari.
Inui Seishu sudah lama sekali tidak merasakan bagaimana menjadi murid biasa-biasa. Ia bisa saja bersekolah di tempat Koko melangsungkan studi karena Koko pernah berkata kalau sekolahnya tidak mementingkan bagaimana penampilan: katanya, yang paling penting bagi sekolahnya adalah uang dan otak. Seishu bilang kalau ia akan mengambil sekolah di rumah saja, tidak ingin dipandang aneh oleh kawan-kawan satu angkatannya.
Jadwal belajarnya sangat fleksibel. Ia juga tidak terlalu sibuk dengan pekerjaannya yang mengharuskan Seishu bersolek dan berpose di hadapan kamera dan di bawah lampu sorot yang bisa membuat matanya menyipit karena terlalu silau.
Seishu sudah memakai topi dan masker hitamnya ketika ia memutuskan untuk menghabiskan waktu sorenya di perpustakaan seperti yang selalu ia lakukan kala senggang. Seishu harap ia tidak di panggil secara tiba-tiba oleh manajernya kali ini. Seishu ingin menenggelamkan diri dalam dunia asing, mencari buku-buku yang dapat membawa Seishu pada semesta indah yang belum (dan mungkin tidak akan) pernah Seishu singgahi.
Tungkai jenjangnya mengambil langkah dengan anggun menuju perpustakaan kota yang sayang sekali tidak terlalu ramai karena manusia jaman sekarang kurang menyukai buku dan membaca. Tempat yang terasa familiar ini membawa tungkai Seishu pada bangku di daerah selatan dengan otomatis, tanpa disuruh.
Netra terang milik Seishu sedikit terkejut ketika keduanya menemukan sosok laki-laki kecil dengan surai silver-lilac tengah terfokus dengan buku catatannya dan beberapa buku tebal yang terbuka dengan bebas di atas meja. Sepertinya ia sedang mengerjakan tugas.
Seishu ingin membiarkan pemuda itu mengerjakannya sendirian, tetapi fitur pemuda ini tidak terlalu asing di mata Seishu. Ia seperti pernah melihatnya di suatu tempat.
Dengan satu buku non-fiksi di tangan, Seishu memperhatikan si pemuda dengan seksama: postur tubuhnya kecil; tidak lebih tinggi dari dirinya, surai terangnya tidak bisa disebut pendek namun tidak juga bisa disebut panjang.
Ah, seragamnya sama seperti seragam milik Kokonoi. Ia pasti melihat laki-laki ini di postingan Twitter sahabat karibnya atau akun milik Haruchiyo.
Menambah satu teman bukanlah hal yang buruk, 'kan?
Seishu berjalan mendekat, meminta izin pada yang duluan mengambil tempat apakah ia boleh duduk bersamanya atau tidak. Laki-laki di hadapannya ini ramah sekali, ia mengangguk dengan sopan dan mengulas senyum tipis untuk Seishu sembari merapikan buku yang tergeletak dengan asal.
“Oh?” cicitnya terkejut ketika ia menyadari kalau dihadapannya itu adalah Inui Seishu. Seishu tersenyum ketika menemukan laki-laki yang ia masih belum tahu namanya itu terlihat terkejut.
“Halo, aku Seishu,” sapa Seishu dengan berbisik pelan. “Maaf ya, aku ganggu sesi belajarnya.”
Pemuda itu menggeleng. “Gak apa-apa, lagian ini tempat umum juga,” balasnya tersenyum senang. “kamu boleh ngobrol senyamannya aja, omong-omong.”
Seishu mengangguk. “Oke kalau gitu. Nama lo, siapa?”
Pemuda itu terlihat terkejut mendengar pertanyaan Seishu. “Eh? Gue belum ngasih tau nama, ya?” tanyanya bingung. Seishu mengangguk pelan. “Nama gue Mitsuya Takashi, lo boleh panggil gue Takashi aja.”
Kali ini, giliran Seishu yang terkejut. Baru saja tadi siang ia bertengkar kecil dengan Koko karena tidak ingin mengenalkannya pada sosok Takashi, kali ini dihadapannya sudah ada sosok Takashi yang selalu Koko bangga-banggakan.
“Eh? Takashi temennya Koko?”
Takashi terkekeh dan mengangguk pelan. “Iya, gue temennya Koko. Pasti lo sering ya liat Koko ngomongin gue terus di akun privatenya...,” katanya pelan, pelan sekali sampai Seishu hampir tidak bisa mendengar suaranya.
“Gue selalu penasaran sama sosok lo. Ternyata lo kecil sama kayak yang Koko sering ceritain.”
Takashi ingin marah pada Koko karena dari sekian banyak hal, kenapa juga ia menceritakan tentang ukuran tubuhnya pada Seishu. Namun niatnya itu segera hilang karena Takashi benar-benar kehabisan gaya berada di hadapan Seishu.
Seishu itu inspirasinya, idola Takashi sejak ia menginjak bangku SMP. Sudah tiga tahun lamanya ia mengagumi sosok Inui Seishu dan sore ini, ia duduk dihadapan Seishu yang sudah fokus pada buku di tangan.
Seishu bisa melihat dengan jelas kenapa Koko dan kawan-kawannya selalu bertengkar untuk mendapatkan atensi dari laki-laki bersurai terang di hadapannya ini. Kalau yang Seishu lihat, laki-laki ini terlihat seperti mentari; sangat cerah dan juga selalu menjadi pusat perhatian.
Seishu belum tahu bagaimana sifat lain Takashi namun ia tahu kalau Takashi ini orang baik. Ia terlihat seperti laki-laki yang hanya ingin memberi kawan-kawannya senyum serta rengkuhan hangat.
Seishu tidak tahu apa saja yang sudah Takashi alami tetapi ia juga bisa melihat kalau Takashi sama seperti mentari—dan juga dirinya; Ia sering merasa sendirian.
2021.