Keiji’s Box and Hajime Birthday.
Today is Hajime’s birthday; and Keiji, he gives Hajime his beloved box with a lot of sweets and one special gift for Hajime.
Hari ini Hajime ulang tahun, tapi Hajime tidak masuk sekolah karena sakit.
Keiji—si anak kelas lima Sekolah Dasar itu terlihat sedih kala Tooru, teman karib Hajime, memberi info tersebut padanya sepuluh menit yang lalu.
“Nanti kamu ke rumahnya aja, rumah Kak Hajime ada di deket rumah kamu, ‘kan?” ujar Kenma seraya menepuk bahu Keiji pelan.
“Kalau gitu, sekarang kita jajan dulu aja, sekalian beli hadiah buat Kak Hajime!” balas Shouyou bersemangat, matanya terlihat berbinar.
Senyuman di bibir anak laki-laki itu kembali terlihat, ia mengangguk setuju dan berjalan beriringan menuju kantin sekolah mereka.
“Aku juga mau titip kado makanan buat Kak Hajime, deh. Kira-kira dia suka roti ini gak ya...” ujar Shouyou seraya menatap roti isi melon yang menjadi roti kesukaan murid-murid sekolah mereka.
Kenma menoleh kemudian mengangguk. “Beli aja, Sho, kata Kuro sih, dia sama temen-temennya suka beli roti melon.” balasnya pelan, detik selanjutnya mata kucing anak laki-laki itu sibuk mencari sosok Keiji yang menghilang.
“Keiji?”
“Yaaaaa?”
Seruan Keiji tidak terlalu terdengar karena ia terlalu jauh dari tempat dimana Kenma dan Shouyou berdiri.
Laki-laki itu saat ini tengah berjongkok di rak bagian cokelat dan permen. Ia ingin memberi Hajime banyak makanan manis sama seperti apa yang kakak tingkatnya itu hadiahkan padanya di ulang tahun Keiji tahun lalu.
“Mama, Keiji pergi ke rumah Kak Hajime sebentar, ya! Mau kasih kado buat Kak Hajime!” seru Keiji berpamitan pada sang Ibunda yang saat ini berada di dapur.
“Eh, Keiji! Sini dulu, sayang!” seru Mama dari dapur. “Kamu kasih Tante Iwaizumi ini juga, ya. Hitung-hitung hadiah ulang tahun dari Mama buat Hajime.” ujar Mama memberi Keiji satu kantong kertas berisi tempat makan.
Keiji mengangguk. “Oke, Mama!” katanya senang. “Keiji berangkat dulu, yaaa!”
Keiji segera pergi menuju rumah Hajime yang untungnya, tidak terlalu jauh dari rumahnya. Kedua tangan mungilnya penuh dengan titipan Mama dan kotak pribadi miliknya yang berisi kado dari Keiji, Kenma dan Shouyou.
“Permisiiiiii!” seru Keiji nyaring. Ia tidak bisa mengetuk pintu kediaman Iwaizumi karena kedua tangannya yang penuh.
Tidak butuh waktu lama pintu terbuka, sepasang mata Keiji yang berbinar segera bertemu dengan sosok Mama-nya Hajime yang menurut Keiji, terlihat sangat cantik.
“Hai, Tante! Keiji mau anterin ini dari Mama, kata Mama ini kado buat Kak Hajime!” ujar Keiji dengan senyuman lebar seraya memberikan kantong kertas di tangan kanannya pada Tante Iwaizumi.
Tante Iwaizumi tersenyum senang saat menerima pemberian Keiji. “Terima kasih, Keiji. Ayo masuk dulu,” ujarnya mempersilakan Keiji untuk masuk. “Hajime lagi ada di kamarnya, dia sedikit demam. Keiji kalau mau langsung samperin Hajime, samperin aja ya.”
Keiji mengangguk semangat. “Keiji ke atas dulu kalau gitu, Tante! Mau kasih lihat hadiah buat Kak Hajime!” ujarnya bersemangat.
Langkah kecil dari kaki Keiji berubah menjadi larian pelan, ia menaiki anak tangga dengan semangat tanpa mengurangi temponya sampai berada di depan pintu kamar Hajime.
Keiji mengetuk pintu dengan cat cokelat tua itu tiga kali, menunggu izin masuk dari sang pemilik kamar dengan sabar.
Setelah mendengar suara Hajime yang memberi izin masuk, Keiji dengan cepat (namun tetap pelan-pelan) membuka pintu tersebut dan mengintip dari luar.
“Hai, Kak Hajime...” sapanya pelan, takut mengganggu Hajime.
“Oh? Keiji?”
Hajime segera bangkit dan merapikan kamarnya yang sedikit berantakan; kemudian mengizinkan Keiji masuk dengan senyuman lebar setelah berhasil merapikan mainan yang berserakan di lantai.
Keiji melambaikan tangannya pelan pada Hajime yang dibalas lambaian tangan juga oleh Hajime.
“Selamat ulang tahun, Kak Hajime!” ujar Keiji ketika ia berjalan memasuki kamar Hajime. “Kakak sakit apa, ngomong-ngomong...” lanjut Keiji pelan.
Hajime nyengir seraya mengusap tengkuknya pelan. “Aku demam, kemarin gak sengaja kehujanan bareng Tooru sehabis latihan voli.” jawabnya malu-malu.
“Kenapa nggak nunggu hujannya selesai aja, sih?” omel Keiji setelah ditarik Hajime untuk duduk di atas karpet dekat kasurnya. Bibir yang lebih muda itu mengerucut kecil.
“Habisnya waktu itu Bunda bilang kalau sehabis latihan voli, Ayah sama Bunda mau ajak aku jalan-jalan soalnya hari ini Ayah pulang malem.”
“Tapi akhirnya Kak Hajime gak bisa jalan-jalan karena sakit.” sahut Keiji mendumal.
Hajime hanya bisa tertawa renyah karena semua itu benar adanya. Semalam Ayahnya bilang kalau jalan-jalannya bisa nanti lagi saja atau tidak, Hajime bisa meminta apapun pada sang Ayah.
“Ngomong-ngomong, itu apa?” tanya Hajime seraya menunjuk kotak berwarna hitam dan putih milik Keiji. “Eh? Itu kotak kesayangan Keiji yang ada di kamar, ‘kan?”
Keiji mengangguk. “Iya, tapi hari ini kotaknya buat Kakak. Di dalemnya juga ada hadiah dari Keiji, Kenma sama Shouyou!” serunya bersemangat.
Hajime tersenyum lebar ketika Keiji memberinya kotak hadiahnya.
“Ayo buka!”
Hajime membuka kotak tersebut dengan hati-hati; ini barang pemberian Keiji dan sebelumnya ini adalah barang kesukaan Keiji jadi jelas ia harus hati-hati.
Di dalam sana, ada roti melon kesukaannya sebanyak tiga buah, ini dari Shouyou; lalu ada satu PSP berwarna merah dengan catatan kecil Kak Hajime, maaf ya ini PSP-nya udah pernah aku pake satu kali, aku gak tahu mau kadoij apa abisnya ke Kak Hajime. yang Hajime yakini dari Kenma; dan ada banyak cokelat serta permen dari Keiji.
Oh? Ada satu kotak lagi.
“Yang ini dari Keiji?” tanya Hajime sembari menunjuk kotak kecil dengan bungkus yang tidak terlalu rapi.
Keiji mengangguk kecil. “Iya, maaf ya, bungkusnya gak rapi gitu habis Keiji gak bisa bungkus kado...” cicitnya pelan.
Hajime tertawa, tangannya terangkat guna untuk mengusak surai Keiji yang sedikit basah karena baru mandi sore.
“Gak apa-apa, ini udah bagus banget! Aku mana bisa bungkus kado pakai kertas kado kayak gini.” katanya berusaha menenangkan Keiji. “Aku buka, ya?”
Keiji mengangguk.
Hajime hampir saja berteriak kala irisnya menemukan dua miniatur Godzilla—kesukaannya dari bungkus kado milik Keiji. Disana ada surat juga, sepertinya Keiji yang menulis.
“Eh, suratnya nanti aja dibacanya sehabis Keiji pulang!” ujar Keiji buru-buru.
Hajime mengangguk pelan lalu menyimpan surat tersebut di atas nakas samping tempat tidurnya.
“Keiji beli ini kapan?”
Kening yang ditanya mengerut, berusaha mencari memori tentang kapan ia membeli miniatur yang ia jadikan hadiah ini.
“Udah lama... Keiji waktu itu sama Mama lagi jalan-jalan terus ketemu Godzilla ini! Jadi Keiji bilang ke Mama kalau Keiji mau beliin Kak Hajime ini buat kado ulang tahun, terus sama Mama dibolehin, deh!” cerita Keiji semangat. “Kak Hajime suka?”
Hajime mengangguk, senyumnya tercetak dengan lebar. “Suka,” katanya kembali mengusap surai yang lebih muda. “Makasih ya, Keiji. Nanti waktu Keiji ulang tahun kita jalan-jalan, ya.”
“Lho, emang dibolehin?”
“Boleh, dong! Nanti ‘kan, sewaktu Keiji ulang tahun, Kak Hajime udah kelas tujuh terus Keiji juga udah kelas enam! Jadi kita pasti dibolehin jalan-jalan berdua.”
Dan sisa sore itu mereka berdua habiskan dengan bercerita tentang teman-teman mereka dan rencana jalan-jalan di hari ulang tahun Keiji yang semoga terlaksana.
A late birthday fic for Hajime’s birthday. Happy birthday, Iwaizumi Hajime! <3