a messy but lovely day for birthday boy.

oikawa ulang tahun, tapi semua orang lupa sama dia.


sudah pukul tiga sore, tapi kawan-kawannya belum ada yang memberi ucapan selamat ulang tahun untuk oikawa. dalam hati ia sebal juga, pasalnya, ia selalu bersemangat jika kawan-kawannya bertambah umur.

ah, mungkin mereka sibuk.

oikawa mencoba untuk berpikir bahwa mereka semua sibuk karena ya.. ini memang minggu sibuk, beberapa kawannya masih ada yang melaksanakan ujian jadi mungkin, mereka semua memang sibuk.

oikawa berjalan menyusuri lorong demi lorong fakultasnya dengan santai. seperti biasa, ada banyak orang disini, bahkan ada banyak orang yang menyapanya.

tapi, tidak ada satu orang pun yang memberinya ucapan selamat ulang tahun.

destinasi terakhir oikawa adalah perpustakaan. lebih baik ia membaca buku (atau menumpang menggunakan wifi karena jaringannya sangat lancar) disana daripada sebal sendiri karena tidak ada yang ingat hari lahirnya.

tempat kesukaannya di ujung dekat lorong fiksi dan non fiksi. tempat duduk di ujung sini tidak begitu ramai, makanya oikawa suka berlama-lama di kursi ini.

“lagi ulang tahun, kok, malah mojok di perpustakaan?”

oikawa terperanjat kala suara bisikan tersebut menyapa indera pendengarnya. suara yang tiba-tiba itu membuat romanya berdiri karena terkejut.

“astaga, lo orang pertama yang inget sama ulang tahun gue!” pekiknya pelan lalu menarik anak laki-laki satu angkatannya untuk duduk di tempat kesukaannya itu.

si surai terang hanya terkekeh karena sejak tadi ia sudah memperhatikan sosok lesu oikawa. ia sedikit heran, tanggal dua puluh juli tahun kemarin sempat ada ribut satu gedung karena ulang tahun seseorang dan tahun ini, seseorang tersebut terlihat lesu; seperti mayat hidup.

“lo udah makan, belum?” bisik si surai terang merasa khawatir. “muka lo, pucet abis.”

oikawa mengeluarkan ponselnya dan membuka fitur kamera, memastikan ucapan sang kawan yang mengatakan kalau ia terlihat pucat.

“gue udah makan sih, tapi kalau lo mau temenin gue makan sih, ayo!” ujarnya seraya memperlihatkan deretan giginya yang rapi. “gue bayarin!” lanjutnya bersemangat.

si surai terang menaikan satu alisnya dengan bingung. pasalnya, tiga tahun mengenal oikawa (walaupun tidak terlalu dekat), ia tahu kalau oikawa ini super pelit. apalagi masalah makan-makan, dia nggak pernah traktir orang lain, termasuk sahabatnya (ini dia dengar sendiri dari kawan oikawa).

“kalau lo maksa, boleh deh.”


“koushi, sumpah ya thanks banget, lo emang bener kayak yang orang-orang bilang, penyelamat!”

belum apa-apa, oikawa sudah melantur kesana-kesini.

sekarang sudah pukul sepuluh malam, dan sugawara (si surai terang) masih terjebak dengan si pemuda ulang tahun.

sekarang mereka berdua lagi ada di tempat makan yang emang selalu ramai oleh mahasiswa kampus mereka berdua. tapi sialnya, oikawa tadi sempat pesan minuman beralkohol dan sugawara tidak menyangka kalau laki-laki di hadapannya ini tidak kuat minum.

“lo udahan deh, minumnya.”

oikawa mengangguk patuh, ia menjauhkan botol minum dari tempatnya.

“gue gak tau lagi bakalan se-sedih apa kalau lo gak muncul tiba-tiba di perpustakaan. apalagi lo tadi bilang kalau lo sengaja ngikutin gue soalnya gue kelihatan kayak orang sedih.” cerocosnya lalu menegak air mineral yang sudah tersedia sejak tadi. “lo baik banget, emang gak salah gue suka sama lo.”

si surai terang kaget dengan pengakuan tiba-tiba dari bibir lawan bicaranya.

“eh, sori, gue keceplosan.” ujar oikawa yang kini seluruh wajahnya sudah memerah. “aduh, malu banget, anjing mana gue udah nggak mabok.”

sugawara tertawa canggung, agak bingung juga dia dengan pengakuan tiba-tiba oikawa. kenapa juga laki-laki itu mengaku kalau ia sudah tidak mabuk? kalau sugawara tidak tahu fakta itu, ia akan pura-pura melupakan omongan oikawa agar merasa tidak canggung dengan laki-laki bersurai cokelat itu.

oikawa menutup wajahnya dengan kedua tangan yang kosong. “gue malu abis sori banget lo udah nemenin gue dari sore tapi gue malah bikin lo gak nyaman.” katanya setelah mengusap wajahnya dengan kasar.

“ah, gak apa-apa,” balas sugawara pelan. ia bingung harus merespon bagaimana. “cuma bingung aja, lo tiba-tiba confess kayak gitu.”

rasanya oikawa ingin menangis lalu mengubur diri.

“sejak kapan?”

oikawa kaget. betulan kaget karena mereka habis diem-dieman sepuluh menit, tiba-tiba ditanya kayak gitu.

“apanya yang sejak kapan?”

“lo, suka sama gue.”

aduh, mampus.

oikawa kembali meminum air mineralnya dengan cepat. “kalau lo mau jawaban paling jujur, gue udah lama naksir lo,” oikawa menyimpan gelas tersebut lalu menatap lawan bicaranya dengan takut. “dari festival dua tahun lalu, yang ada band five days itu.”

sugawara bingung (lagi), dia gak terlalu inget dia ngapain aja dua tahun lalu. kok bisa, dia bikin seleb kampus oikawa tooru naksir sama dia?

“waktu itu gue liat lo sama azumane? atau sama siapa ya gue lupa pokoknya lo berdua ketawa bareng gitu, ngetawain ocehan mc yang dimana mc-nya gue. terus abis itu gue naksir aja, kayak... you’re endearing.

persetan dengan harga diri yang sudah ia jaga baik-baik, oikawa akan menceritakan segalanya malam ini.

“muka lo merah banget,” celetuk oikawa seraya terkekeh pelan kala tangan si surai terang mencubit lengannya. “tega banget lo cubit-cubit orang yang lagi ulang tahun.”

“abis lo rese,” balas sugawara ogah-ogahan. “muka lo juga merah, kalau lo mau tau.”

oikawa menyentuh pipinya yang memang terasa hangat sejak tadi.

“udah tau, soalnya gue ‘kan abis confess juga ke my long time crush, jadi wajar aja kalau pipi gue merah,” ujar oikawa sembari melipat lengannya, menjadikannya tumpuan wajah. “kalau lo, pipi merah kayak gini tuh kenapa? naksir gue juga?”

setidaknya, dilupakan teman-temannya hari ini merupakan hal terbaik yang terjadi untuk oikawa karena ia dapat melihat wajah semerah kepiting dari wajah si gebetan.

apalagi alasan merah-nya itu terjadi karenanya.


koushri, 2021.